BEI Terus Edukasi Korporasi tentang Bursa Karbon
SURABAYA – 11 OKTOBER 2024 - Bursa komoditas yang dijalankan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun lalu memang masih belum matang. Meski ’’emiten’’ bursa karbon masih sedikit, suplai Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) masih lebih banyak daripada permintaan.
Namun, platform bursa tanah air itu menegaskan bahwa antusiasme terhadap komoditas tersebut bakal terus meningkat. Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI Ignatius Denny Wicaksono menjelaskan, bursa karbon merupakan salah satu upaya ekstra dari bursa dalam menyambut ekonomi berkelanjutan.
Hal tersebut terlihat saat peluncuran bursa yang dalam tahun yang sama dengan pembuatan POJK. ’’Carbon pricing merupakan solusi terbaik dalam mendorong ekonomi berkelanjutan. Karena hal ini bakal memberikan disinsentif terhadap perusahaan yang membuat polusi alias polluter pays,’’ kata Denny.
Di beberapa negara, lanjut dia, lahir kebijakan pajak karbon yang membebani perusahaan yang menghasilkan emisi karbon berlebihan. Namun, kebijakan tersebut hanya berjalan satu arah.
Karena itu, pihaknya mengadopsi sistem carbon trading. Di mana, perusahaan yang menghasilkan polusi bakal mendapatkan beban sedangkan yang berhasil mengurangi bakal mendapatkan insentif.
Selama setahun lebih operasi bursa tersebut, volume perdagangan mencapai 613.740 lembar setara satu ton CO2. Nilainya pun mencapai sebanyak Rp 37,04 miliar. ’’Dari sana, 420 ribu sudah dipensiunkan atau dipakai untuk laporan keberlanjutan dari entitas atau perseorangan,’’ ucapnya.
Bursa karbon, lanjut dia, memang berbeda dari bursa saham konvensional. Pasalnya, investor retail tak bisa masuk dan melakukan perdagangan untuk mencegah upaya manipulasi harga SPE. Saat ini, ada 81 partisipan yang sudah terdaftar di bursa karbon BEI.
Selain itu, SPE yang diperdagangkan juga bisa dipensiunkan. Itu artinya, pembeli menggunakan SPE untuk menetralkan emisi karbon mereka.
’’Hingga saat ini, ada tiga proyek yang sudah menerbitkan SPE mereka. Saya dengar kabar dari KLHK, yang sedang dalam pipeline 80-100 proyek tapi yang berhasil ke bursa baru tiga ini,’’ terangnya.
Memang, SPE dari tiga proyek tersebut – Proyek PLTP Lahendong, PLTGU Blok 3 Muara Karang, dan PLTA Minihidro Gunung Wugul – belum juga terserap maksimal. Menurutnya, kondisi pasar saat ini masih cenderung oversuplai. Terlihat perdagangan bursa yang didominasi aksi jual.
Namun, dia yakin, di masa depan minat terhadap SPE bakal meningkat. Apalagi pemerintah yang bakal memperketat kuota emisi bagi perusahaan. Saat ini, kebijakan pemerintah masih termasuk longgar. Kuota emisi yang dibatasi baru diberlakukan untuk pembangkit listrik tenaga batu bara tertentu.