Kemenperin Percaya Posisi Industri Alas Kaki Indonesia Tetap Kuat di Level Global
SURABAYA, 7 OKTOBER 2024 – Indonesia masih ingin mempertahankan posisinya di kancah industri alas kaki dunia. Meskipun tahun lalu sempat mengalami penurunan, industri alas kaki Indonesia masih menyimpan potensi besar.
Untuk memulihkan pertumbuhan, pemerintah memberikan beberapa insentif untuk pelaku industri. Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Riefky Yuswandi mengatakan, industri alas kaki masih bertumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Hingga kuartal II 2024, kinerja industri alas kaki nasional mampu tumbuh sebesar 3,92 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. ‘’’Dan jika lihat dari data World Footwear Yearbook 2023, disebutkan bahwa Indonesia masih 5 besar negara produsen alas kaki. Tahun lalu, Indonesia telah memproduksi 807 juta pasang alas kaki yang digunakan secara global,” jelasnya.
Dari 807 juta pasang tersebut, lanjut dia, sekitar 445 juta pasang ditujukan untuk pasar ekspor. Artinya, ada 55,4 persen produksi alas kaki Indonesia dijual di mancanegara.
Memang, angka ekspor tersebut menurun. Menurut data kementerian perdagangan, ekspor alas kaki tahun lalu menurun sebanyak 16,82 persen jika dibandingkan dengan rekor 2022.
Namun, tahun ini kinerjanya sudah mulai tumbuh. Dia yakin bahwa ekspor tahun ini bakal lebih tinggi dibanding realisasi tahun lalu yang mencapai USD 6,4 miliar. Sebab, ekspor selama semester pertama sudah melebihi target. ’’Harapan kami di semester selanjutnya akan tetap terjaga dan semakin besar," tandasnya.
Selain ekspor, dia mengatakan bahwa potensi pasar dalam negeri masih belum tergarap maksimal. Hal ini terlihat dari jumlah pasang alas kaki yang diserap pasar dalam negeri yang hanya mencapai 362 juta pasang.
Jika dikalkulasi, konsumsi alas kaki per kapita hanya mencapai 1,28 pasang per orang per tahun. Padahal wajarnya masyarakat memiliki dua alas kaki. ’’Ini adalah pasar yang harus digarap. Kalau sampai dua unit per tahun pasti akan sangat besar pertumbuhannya,’’ jelasnya.
Untuk mencapai mimpi tersebut, Kementerian Perindustrian membuat beberapa program fokus pada industri kecil dan menengah. Ada beberapa program yang bisa diakses, salah satunya adalah program restrukturisasi permesinan.
Melalui program ini pengusaha memiliki kesempatan "reimbursement" harga mesin sebesar 25 persen untuk mesin impor dan sebesar 40 persen untuk mesin lokal. Kompensasi tersebut diharapkan bisa menjadi tambahan modal kerja atau operasional.