Kunjungan SECO, Kadin Jatim Harap Terbuka Peluang Magang Kerja di Swiss

photo

SURABAYA, 17 OKTOBER 2024 - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menerima kunjungan State Secretariat for Economic Affairs (SECO) yang mewakili pemerintah Swiss, Rabu (16/10/2024). Kunjungan tersebut untuk melakukan evaluasi kerja sama antara Swisscontact dengan Kadin Jatim dalam pelaksanaan Swiss Skills for Competitiveness (SS4C).

Program tersebut sebelumnya bernama Program Skills for Competitiveness (S4C) dan berlangsung sejak tahun lalu.

Dalam kunjungannya, Program Manager, Private Sector Development, SECO Bern, Jonas Grunder mengungkapkan bahwa Swiss memiliki komitmen kuat untuk mendukung Indonesia, khususnya Jatim dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Di antaranya melalui penguatan ekosistem pendidikan dan pelatihan vokasi (VET) dengan menyelaraskan pembelajaran di institusi pendidikan dengan kebutuhan ril industri.

“Melalui program Swiss Skills for Competitiveness (SS4C), kami mendorong penerapan elemen-elemen penting dari sistem vokasi ganda (dVET). Kemitraan strategis dengan Kadin dan TKDV di Jatim akan membantu menjembatani kesenjangan keterampilan (skills gap), meningkatkan daya saing perusahaan lokal, dan pada akhirnya berkontribusi pada pembangunan ekonomi secara berkelanjutan di Jawa Timur,” ungkap Jonas Grunder.

Sementara itu, Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengungapkan komitmennya dalam membangun ekosistem pendidikan dan pelatihan vokasi yang baik dan benar. Untuk itu, Kadin Jatim telah bekerja sama dengan IHK Trier Jerman sejak tahun 2016 hingga 2024.

“Harapan saya, kerja sama dengan Swisscontact dalam program ini dapat berlangsung dalam jangka waktu lama. Bisa sampai 10 tahun. Sama seperti dengan IHK Trier Jerman, dari tahun 2016 hingga 2024,” kata Adik.

Menurut Adik, Program SS4C memiliki sejumlah ciri khas. Selain dalam hal pembekalan tenaga pendidik melalui pelatihan pelatih tempat kerja, Program SS4C juga melakukan beberapa pelatihan.

Di antaranya pelatihan peningkatan produktivitas, analisa biaya atau 'cost and benefit analysis', dan melakukan pendampingan di teaching factory (Tefa). “Kita diwajibkan mendampingi Perguruan Tinggi vokasi yang memiliki Tefa. Kebetulan Swissontact sudah bekerja sama dengan Politeknik Negeri Jember (Polije) dengan melakukan pendampingan Tefa Polije,” ungkapnya.

Tefa adalah sebuah model pembelajaran dengan membuat industri di sekolah vokasi maupun perguruan tinggi vokasi yang berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.

“Tefa ini dibuat dengan tujuan agar bisa menjadi tempat belajar bagi mahasiswa. Tetapi tentunya industri ini harus berjalan dengan baik agar bisa menjadi tempat belajar. Oleh karena itu, kami berusaha mencarikan partner industri agar bisa menerima produk Tefa. Selain Polije, sudah banyak PT yang memiliki Tefa. Dan Kadin berkomitmen untuk mendampingi semua Tefa di seluruh PT,” ujarnya.

Selain itu, Adik juga berharap kerja sama juga diperluas dengan pemagangan di Swiss, khususnya di sektor pariwisata, hotel dan restoran. “Karena potensi di Swiss bagus di pariwisata, seperti Jerman. Harapan kami di 2025 ada pemagangan dari Jatim ke Swiss, seperti kerja sama kami dengan Jerman dengan mengirimkan siswa magang ke sana,” kata Adik.

Pada kesempatan yang sama, General & Administration Director PT Satoria Group, Enge Cristiana mengungkapkan, pelaksanaan kegiatan vokasi atau pemagangan telah memberikan manfaat sangat banyak kepada perusahaan. Salah satunya adalah mempermudah perusahaan untuk mendapatkan SDM atau tenaga kerja yang siap kerja.

"Dari sisi rekrutmen SDM, sudah pasti akan menghemat biaya karena kita memiliki database yang banyak," katanya.

Saat ini, pihaknya telah melakukan kerja sama dengan 24 lembaga pendidikan. Baik dari SMK, politeknik dan universitas, dengan jumlah pemagang yang mencapai sekitar 185 pelajar.

Manfaat kedua adalah perusahaan akan mampu meningkatkan produktivitasnya. Karena tanpa pelatihan vokasi di perusahaan, maka SDM yang didapatkan adalah lulusan yang belum siap kerja.